Sara H. Konrath, seorang peneliti dari Universitas Michigan menerbitkan hasil penelitiannya yang sangat mengejutkan pada bulan Agustus 2010. Intinya, ia menemukan bahwa kaum muda mengalami penurunan dalam hal empati, kemampuan untuk memahami, dan merasakan orang lain. Yang dilakukan Sara adalah menggunakan kuesioner yang menyatakan pertanyaan-pertanyaannya seperti, "Saya bisa merasa kasihan dengan orang-orang yang tidak beruntung dibanding saya" dan "Saya berusaha mempertimbangkan perasaan orang lain, sebelum mengambil tindakan."
Ternyata, hasilnya sangat mencengangkan. dari sekitar 14.000 remaja yang dianalisis sejak tes ini dilakukan sejak tahun 1979, ternyata 75% anak muda mengaku mereka lebih tidak empati, lebih tidak peduli, dan lebih tidak ingin tahu tentang orang lain.
Tentu saja, hasil penelitian yang demikian membuat orang bertanya-tanya, apa penyebabnya? Menurut Jean M. Twenge, seorang psikolog dari San Diego State University, justru level narsisnya kaum muda makin melonjak. Padahal, pengalaman dengan bayi menunjukkan bahwa sejak bayi, kita adalah makhluk yang punya kecenderungan untuk berempati. Bayi yang ditempatkan di tengah bayi yang menangis akan cenderung ikut menangis. Ini tanda-tanda empati sejak awal. Namun, dengan perkembangannya, kenapa kita kehilangan empati?
Salahkan televisi, salahkan komputer, atau pun salahkan video game yang membuat kita makin terisolasi. Kenyataan juga menunjukkan remaja sekarang makin nggak tertarik ikut kegiatan ini dan itu, bahkan lebih parahnya lagi, dilarang juga oleh orang tuanya dengan berbagai alasan. Kalau pun akhirnya remaja kita masih tidak empati, sebenarnya bukan salah mereka juga.
Ayo
sobat muda, jangan senang isolasikan diri, keluarlah, dan lebih banyaklah
berakivitas dan belajar untuk berbela rasa dengan orang lain.
Sumber: 101,5 Inspirasi Kecerdasan Emosional Anak Muda